TEKNOLOGI
KEPERAWATAN
ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GASTRITIS
Oleh:
Elsa Tiara
Ramadhanti
1510711051
UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN NASIONAL
VETERAN JAKARTA
FAKULTAS
ILMU-ILMU KESEHATAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Harapan
saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah
ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Depok, Mei 2017
Penulis
|
DAFTAR ISI
COVER
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN
TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI
BAB IV PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
Lambung merupakan saluran pencernaan bagian atas dan tempat
makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi. Namun sayangnya kebiasaan buruk
seperti pola makan tidak teratur, mengonsumsi makanan yang tidak baik untuk
kesehatan lambung, dan kebersihan lingkungan serta makanan dan minuman yang
dikonsumsi dapat mengganggu kesehatan lambung. Permasalahan penyakit mulai
muncul akibat kebiasaan-kebiasaan buruk salah satunya adalah gastritis.
Gastritis merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan lambung.
Badan penelitian kesehatan
WHO mengadakan tinjauan terhadap
beberapa negara dunia dan
mendapatkan hasil presentase dari
angka kejadian gastritis di dunia,
diantaranya inggris 22%,
China 31%, Jepang 14,5%,
Kanada 35% dan
Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari
jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis
di Asia tenggara
sekitar 583,635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya, prevalensi
gastritits dikonfirmasi melalui endoskopi pada
populasi di Shanghai
sekitar 17,2% yang secara
substansial lebih tinggi daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik.
(Anonim,2011 dalam Megawati, Andi. 2014).
Indonesia menempati urutan keempat dalam hal jumlah penderita
gastritis terbanyak di dunia setelah Amerika, Inggris, dan Bangladesh (Kemenkes
RI, 2008 dalam Alianto, Ricky. 2015). Gastritis merupakan penyakit yang masuk
ke dalam posisi kelima dari sepuluh besar penyakit pasien rawat inap dan posisi
keenam pasien rawat jalan di rumah sakit. Tingginya angka kejadian gastritis di
Indonesia merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian. (Alianto, Ricky.
2015).
Gastrtitis
biasanya dianggap sebagai suatu
hal yang remeh
namun gastritits merupakan awal
dari sebuah penyakit
yang dapat menyusahkan kita. Sebagian besar onset penyakit gastritis
yang terjadi di
negara maju mengenai usia tua.
Hal yang berbeda dengan negara
berkembang yang onset
penyakitnya mengenai usia dini.
Angka kejadian gastritis pada beberapa
daerah di Indonesia cukup tinggi
prevalensinya 274,396 kasus
dari 283,452,952 jiwa penduduk (Anonim,2011 dalam Megawati, Andi. 2014).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik membuat makalah
mengenai asuhan keperawatan pada klien gastritis.
1.
Bagaimana anatomi dan fisiologi gaster?
2.
Apa definisi dari gastritis?
3.
Apa klasifikasi gastritis?
4.
Apa etiologi gastritis?
5.
Bagaimana patofisiologi gastritis?
6.
Bagaimana pathway gastritis?
7.
Apa manifestasi klins gatritis?
8.
Apa komplikasi dari gastritis?
9.
Bagaimana penatalaksanaan pada penderita
gastritis?
10.
Apa saja pemeriksaan diagnostik untuk gastritis?
11.
Bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada
klien dengan gastritis?
1.
Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi gaster
2.
Untuk mengetahui definisi dari gastritis
3.
Untuk mengetahui klasifikasi gastritis
4.
Untuk mengetahui etiologi gastritis
5.
Untuk mengetahui patofisiologi gastritis
6.
Untuk mengetahui pathway gastritis
7.
Untuk mengetahui manifestasi klinis gastritis
8.
Untuk mengetahui komplikasi dari gastritis
9.
Untuk mengetahui penatalaksanaan pada penderuta
gastritis
10.
Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik untuk
gastritis
11.
Untuk mengetahui pemberian asuhan keperawatan
pada klien dengan gastritis
Gaster atau
lambung merupakan suatu organ yang berbentuk seperti kantong yang bersambungan
dengan esofagus. Gaster terletak diantara costae kelima sampai kesembilan. Gaster memiliki otot yang menggelembung,
dinding otot yang tebal, dan dapat mengembang dengan baik. Fungsi gaster adalah
menyimpan bahan makanan sementaraagar dapat dicerna, menghasilkan getah
lambung, menghasilkan faktor intrinsik, dan memungkinakan penyerapan bahan
makanan tertentu seperti air, glukosa, alkohol, dan sebagian obat-obatan
melalui dinding gaster.
Bagian-bagian
gaster terdiri dari cardia, fundus, corpus, dan pylorus. Cardia merupakan
bagian gaster yang menghubungan gaster dan esofagus. Pada cardia terdapat m.
Sphincter cardia yang berfungsi sebagai katup yang dapat membuka dan menutup.
Hal ini bertujuan agar makanan yang ada di dalam lambung tidak refluks ke
esofagus. Fundus merupakan bagian dari gaster yang berbentuk cembung ke atas.
Bagian ini tepat berada di bawah jantung dan di dasar pulmo sinister. Fundus
mampu menghasilkan HCl yang dapat membunuh mikroorganisme dan musin yang
berperan untuk melicinkan makanan. Corpus merupakan bagian umum dari gaster.
Sedangkan pylorus merupakan bagian bawah gaster yang menjulur ke arah duodenum.
Pylorus berperan sebagai tempat keluarnya makanan yang telah diolah untuk
menuju ke arah duodenum. Pylorus juga tempat produksi cairan alkali. Pada
pylorus terdapat m. Pylorus yang akan relaksasi sehingga pintu pylorus akan
membuka dan sebaliknya ketika m. Pylorus menegang maka pintu pylorus akan
tertutup.
Melalui
mikroskop, struktur tampilan gaster tersusun atas empat lapisan yaitu
peritoneum, lapisan otot bebas, lapisan perantara, dan membran mukosa.
Peritoneum adalah lapisan yang melapisi seluruh bagian gaster. Lapisan gaster
yang terdapat di bawah peritoneum adalah lapisan otot bebas. Dibawah lapisan
otot tersebut terdapat lapisan lagi yang disebut lapisan perantara. Pada bagian
dalam gaster dilapisi oleh membran mukosa.
Di dalam membran
mukosa terdapat sebagian besar kelenjar yang menghasilkan getah lambung.
Saluran kecil dari kelenjar tersebut membuka ke dalam gaster. Kelenjar yang
terdapat pada cardia dan fundus menghasilkan pepsin, asam clorida (HCl), dan
renin. Kelenjar yang menghasilkan mukus terdapat di seluruh bagian gaster. Pada
bagian pylorus terdapat kelenjar-kelenjar khusus yang dapat menghasilkan suatu
bahan yang dikenal dengan nama faktor intrinsik. Faktorini akan bereaksi dengan
makanan yang mengandung vitamin B12, yang dibutuhkan untuk pembentukan
eritrosit, dan memungkinkan vitamin tersebut diserap oleh tubuh.
Getah lambung (succus gastricus) adalah cairan jernih
yang bersifat asam, mengandung 99% air, dan beberapa bahan yang terdiri dari:
asam klorida (dengan konsentrasi 0,04%), enzim pepsinogen, enzim renin, enzim lipase,
dan lendir. Asam klorida (HCl) berfungsi untuk menghentikan aksi dari enzim
ptialin pada ludah, membunuh kuman atau mikroorganisme yang masuk bersamaan
dengan makanan, memicu kerja pepsinogen menjadi pepsin, mimicu kerja dari
sfingter pylorus, dan juga memicu lambung menghasilkan getah usus. Enzim pepsin
berperan dalam memproduksi pepto dan preteosa dari protein. Enzim renin
berperan dalam penggumpalan protein susu (kasein), enzim lipase berperan dalam
memproduksi asam lemak dari penguraian lemak.
Apabila makan masuk ke dalam gaster, terjadi stimulasi pada nervus vagus
dan produksi hormon gastrin dari lapisan mukosa gaster sehingga produksi getah
lambung bertambah.
Agar getah
lambung dapat bereaksi pada bahan makanan, gerak peritalsis terjadi pada gaster
sehingga bahan makanan akan tergiling dan bercampur dengan cairan yang terdapat
di dalam gaster. Proses tersebut akan menghasilkan campuran pekat yang disebut
dengan kimus. Ketika makanan mencapai lambung, m. Sfingter pylorus akan
berkontraksi sehingga makanan tidak langsung masuk ke dalam duodenum. Apabila
makanan yang masuk ke gaster tadi telah menjadi kimus, maka m. Sfingter pylorus
akan relaksasi dan memungkinkan kimus masuk secara perlahan-lahan ke dalam
duodenum. Waktu yang dibutuhkan gaster untuk memproses makanan bergantung
dengan jenis makanan. Untuk makanan yang biasa, gaster akan membutuhkan waktu
sekitar tiga hingga lima jam untuk mencerna, melembutkan, dan menghantarkan
zat-zat makanan ke dalam duodenum.
Gaster disuplai
darah beroksigen oleh arteria gastrica dan a.lienalis. kedua arteri tersebut
merupakan cabang dari a.colica. Sedangkan darah yang miskin oksigen dicurahkan
oleh vena gastrica ke dalam vena porta. Saraf
vagus dan saraf simpatetik merupakan saraf yang mempersarafi gaster. Saraf
vagus merupakan saraf simpatetik yang menstimulasi pencernaan serta gerak
peristalsis dan juga produksi kelenjar pada dinding gaster. Saraf simpatetik,
yang menyuplai gaster, muncul dari jalinan saraf silika yang terdapat pada sisi
vertebra thoracal. Saraf ini yang akan menghentikan pencernaan dan menahan
produksi getah lambung.
Gastritis adalah suatu kondisi yang mana lapisan perut, yang
biasa disebut mukosa, terinflamasi. (Lee Y, dkk. 2008).
Gastritis merupakan peradangan (inflamasi) dari mukosa
lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi. Bahaya penyakit
gastritis jika dibiarkan terus menerus akan merusak fungsi lambung dan dapat
meningkatkan risiko untuk terkena kanker lambung hingga menyebabkan kematian.
(Ronduwu, Andrea Ariel. 2014).
Gastritis/ secara umum dikenal dengan istilah sakit
“maag”/ulu hati ialah peradangan pada dinding lambung terutama pada selaput
lendir lambung. Gastritis merupakan gangguan yang paling sering ditemui
diklinik karena diagnosisnya hanya berasarkan gejala klinis. Penyakit ini
sering dijumpai timbul secara mendadak biasanya ditandai dengan rasa mual dan
muntah, nyeri, perdarahan, rasa lemah, nafsu makan menurun atau sakit kepala.
(Rahmi Kurnia. 2011 dalam Megawati, Andi. 2014).
Jadi dapat simpulkan bahwa gastritis merupakan suatu
inflamasi yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi yang terjadi pada mukosa
lambung yang dapat timbul secara mendadak. Dapat ditandai dengan gejala rasa
mual dan muntah, nyeri pendarahan, rasa lemah, nafsu makan menurun atau sakit
kepala. Jika dibiarkan terus menerus inflamasi tersebut akan merusak fungsi lambung dan dapat
meningkatkan risiko untuk terkena kanker lambung hingga mmenyebabkan kematian.
Berdasarkan tingkat keparahan inflamasinya, gastritis dapat
dibedakan menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Kasus
gastritis akut paling sering ditemukan. Tipe ini bersifat jinak dan dapat
sembuh dengan sendiri. Pada gastritis akut ditemukan sel inflamasi akut dan
neutrofil. Pada bagian mukosa tampak edema, merah, terjadi erosi kecil serta
perdarahan. Gastritis akut menggamarkan respon mukosa lambung terhadap berbagai
iritan lokal. Gastritis akut terbagi lagi menjadi tiga tipe, yaitu gastritis
stres akut, gastritis erosif kronis, dan gastritis eosinofilin. Ketiga
gastritis akut tersebut memiliki gejala yang sama.
Gastritis kronik ditandai oleh atrofi progresif epitel
kelenjar yang disertai hilangnya sel parinteral. Episode gastritis akut yang
berulang dapat menyebabkan gastritis kronik. Gastritis kronik dibagi menjadi
dua tipe yaitu tipe A dan tipe B. Tipe A yaitu gastritis atrofik pada epitel
dinding lambung. Tipe ini sering terjadi pada lansia. Sedangkan tipe B mengenai
lambung bagian antrum sehingga sering juga disebut sebagai gastritis antral.
Kedua tipe tersebut memiliki gejala yang sama.
Penyebab umum gastritis meliputi infeksi bakteri Helicobacter pylori (H. Pylori), kerusakan pada dinding
lambung, yang menyebabkan gastritis reaktif, dan respon imun.
H. Pylori merupakan tipe bakteri
penyebab infeksi. Infeksi H. Pylori merupakan
penyebab kasus gastritis terbanyak, tipikal penyebab gastritis nonerosive, dan
dapat menyebabkan gastritis akut maupun kronik.
Infeksi H. Pylori umum terjadi, terutama di
negara berkembang, dan infeksi sering dimulai pada masa kanak-kanak. Banyak orang
yang terinfeksi H. pylori tidak
pernah menunjukkan gejala apapun. Orang dewasa lebih cenderung menunjukkan
gejala saat gejala terjadi.
Para peneliti
kurang begitu yakin bagaimana infeksi H. pylori menyebar, namun menurut mereka
makanan, air, atau peralatan makan yang terkontaminasi dapat menularkan
bakteri. Beberapa orang yang terinfeksi memiliki H. pylori pada air liur mereka, hal ini menunjukkan bahwa infeksi
dapat menyebar melalui kontak langsung dengan air liur atau cairan tubuh
lainnya.
1. Gastritis Akut
Gastritis akut
dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-obatan dan alkohol,
makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada orang yang mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf
simpatis NV (Nervus vagus) yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl)
di dalam lambung. Karena adanya HCl yang berada di dalam lambung, maka akan
timbul rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat kimia maupun makanan yang
merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk
menghasilkan mukus, mengurangi produksinya. Sedangkan mukus tersebut fungsinya
untuk melindungi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung
karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa
gaster. Pada lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama
daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan
produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri
ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa
lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan).
Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa.
Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya perdarahan. Perdarahan yang
terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri
karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam
setelah perdarahan.
2. Gastritis Kronis
Helicobacter pylori merupakan
bakteri gram negatif. Organisme ini menyerang sel permukaan gaster, memperberat
timbulnya desquamasi sel dan akan muncul respon radang kronis pada gaster
yaitu: destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah salah satu
mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel mukosa
gaster, misalnya dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel desquamosa
lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang. Pada saat mencerna makanan,
lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak
elastis maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri.
Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung,
sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan
pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan
Beberapa orang yang menderita gastritis memiliki rasa sakit
atau ketidaknyamanan di bagian atas perut-area antara dada dan pinggul. Namun,
banyak penderita gastritis tidak menunjukkan tanda dan gejala. Istilah
"gastritis" kadang-kadang hanya digunakan untuk menggambarkan gejala
nyeri atau ketidaknyamanan pada perut bagian atas. Saat gejala muncul, rasa
ketidaknyamanan perut bagian atas atau nyeri, mual, dan muntah mungkin akan
muncul. Gejala-gejala tersebut biasa disebut dispepsia.
Gastritis erosive dapat menyebabkan ulser atau erosi pada
lapisan lambung yang dapat menyebabkan perdarahan. Sehingga tanda-tanda yang
muncul ketika terjadi pendarahan yaitu muntah darah, tinja berwarna buram atau
hitam, dan terdapat darah merah di tinja.
Pada
kebanyakan kasus, gastritis akut tidak menyebabkan komplikasi. Dalam kasus yang
jarang terjadi, stres akut gastritis dapat menyebabkan pendarahan hebat yang
bisa mengancam nyawa. Sedangkan komplikasi gastritis kronis dapat meliputi:
Ulkus peptik
adalah luka yang melibatkan lapisan lambung atau duodenum, bagian pertama dari
usus kecil. Penggunaan NSAID dan H.
pylori dapat meningkatkan kemungkinan pengembangan tukak lambung.
Gastritis atropik
terjadi saat peradangan kronis pada lapisan perut menyebabkan hilangnya lapisan
perut dan kelenjar. Gastritis kronis dapat berkembang menjadi gastritis
atrofik.
Gastritis erosive
dapat menyebabkan perdarahan kronis di perut, dan kehilangan darah bisa
menyebabkan anemia. Anemia adalah kondisi di mana sel darah merah lebih sedikit
atau lebih kecil dari biasanya, yang dapat menyebabkan sel tubuh kurang cukup
mendapatkan oksigen. Sel darah merah mengandung hemoglobin, protein kaya zat
besi yang memberi warna merah pada darah dan memungkinkan sel darah merah untuk
mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh. Penelitian menunjukkan
bahwa H. Pylori gastritis dan
gastritis atrofik autoimun dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk menyerap zat
besi dari makanan, yang juga dapat menyebabkan anemia.
Orang dengan
gastritis atrofik autoimun tidak menghasilkan faktor intrinsik yang cukup.
Faktor intrinsik adalah protein yang dibuat di perut dan membantu usus menyerap
vitamin B12. Tubuh membutuhkan vitamin B12 untuk membuat sel darah merah dan
sel saraf. Penyerapan vitamin B12 yang buruk dapat menyebabkan jenis anemia
yang disebut anemia pernisiosa.
Gastritis kronis
meningkatkan kemungkinan berkembangnya pertumbuhan jinak, atau non-kanker, dan
ganas, atau kanker di lapisan perut. Gastritis H. pylori kronis meningkatkan kemungkinan perkembanan jenis kanker yang disebut limfoma lambung
(lambung mukosa lambung).
Pengobatan gastritis dengan obat-obatan bertujuan untuk
mengurangi jumlah asam dalam lambung
serta mengobati penyebabnya.
Lapisan lambung seseorang
dengan gastritis mungkin memiliki perlindungan yang kurang terhadap cairan asam
lambung. Mengurangi asam dapat meningkatkan penyembuhan lapisan lambung. Obat
yang mengurangi asam meliputi:
Golongan antasida seperti seperti
Alka-Seltzer, Maalox, Mylanta, Rolaids, dan Riopan. Banyak merk menggunakan
kombinasi tiga garam dasar yang berbeda-magnesium, aluminium, dan
kalsium-bersama dengan ion hidroksida atau bikarbonat untuk menetralkan asam
lambung. Namun antasida memiliki efek samping. Garam magnesium bisa menyebabkan
diare, dan garam aluminium bisa menyebabkan sembelit. Garam magnesium dan
aluminium sering digabungkan dalam satu produk untuk menyeimbangkan efek ini.
Kalsium antasida karbonat, seperti Tums, Titralac, dan Alka-2, dapat
menyebabkan sembelit.
Golongan H2 blockers seperti
simetidin (Tagamet HB), famotidine (Pepcid AC), Nizatidine (Axid AR), dan
ranitidine (Zantac 75). H2 blocker berfungsi untuk menurunkan produksi asam.
Golongan proton pump inhibitors
(PPIs) meliputi omeprazol (Prilosec, Zegerid), lansoprazole (Prevacid),
dexlansoprazole (Dexilant), pantoprazole (Protonix), rabeprazole (AcipHex), dan
esomeprazole (Nexium). PPI menurunkan produksi asam lebih efektif dibanding H2
blocker.
Mengobati infeksi H. pylori dengan antibiotik penting,
bahkan jika seseorang tidak memiliki gejala dari infeksi. H. Pylori yang tidak ditangani dapat mengakibatkan kanker atau
ulser pada lambung maupun usus halus. Pengobatan yang paling sering adalah
dengan menggunakan tiga kombinasi obat yaitu PPI dan dua antibiotik-biasanya
amoxicillin dan clarithromycin-untuk membunuh bakteri. Pengobatan dapat
termasuk bismuth subsalicylate (Pepto-Bismol) untuk membantu membunuh bakteri.
Setelah
pengobatan, dokter mungkin menggunakan tes pernafasan atau tinja untuk
meyakinkan bahwa infeksi H. Pylori telah
hilang. Pengobatan infeksi dapat mencegah komplikasi lebih lanjut dari
gastritis dan menurunkan risiko penyakit gastrointestinal yang lain yang
berkelanjutan dari gastritis, misalnya penyakit peptic ulser, kanker lambung,
dan MALT limfoma.
Bila gastritis
disebebakan oleh penggunaan NSAID dalam jang ka waktu yang panjang, maka menghindari
pemberian pengobatan yang dapat menyebabkan gastritis. Misalnya, jika
penggunaan NSAID yang lama adalah penyebab gastritis, penyedia layanan
kesehatan mungkin dapat menyarankan pasien untuk berhenti memakai NSAID,
mengurangi dosisnya, atau mengubah jenis obat.
Penyedia layanan
kesehatan dapat meresepkan obat untuk mencegah atau mengobati stres gastritis
pada pasien yang sakit parah atau terluka. Obat ini bertujuan untuk melindungi
lapisan lambung meliputi sucralfate (Carafate), H2 blocker, dan PPI. Mengobati
penyebab penyakit atau luka yang mendasari paling sering dapata menyembuhkan
stres gastritis.
Penyedia layanan
kesehatan dapat mengobati pasien dengan anemia pernisiosa yang disebabkan oleh
gastritis atrofik autoimun dengan suntikan vitamin B12.
Masyarakat dapat
mencegah penularaan gastritis yang disebabkan oleh infeksi H. Pylori. Belum diketahui pasti bagaimana cara penularaan infeksi H. Pylori , jadi pencegahan agak sulit
dilakukan. Untuk membantu mencegah infeksi, penyedia layanan kesehatan dapat
mengajarkan masyarakat untuk mencuci tangan dengan sabun dan air setelah dari
kamar mandi dan sebelum makan, makanan yang dimakan harus dicuci dengan bersih
dan dimasak dengan baik, serta minum air yang sumbernya bersih dan aman.
Pendiagnosaan
gastritis dapat meliputi riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, edoskopi
pencernaan bagian atas, dan tes-tes lainnya.
Riwayat penyakit dapat membantu
pendiagnosaan gastritis. Riwayat dapat meliputi berbagai pertanyaan mengenai
gejala kronis dan bepergiaan ke negara luar.
Pemeriksaan
meliputi pemeriksaan pada seluruh bagian pasien, menggunakan stetoskop untuk
mendengarkan bunyi abdomen, dan memperkusi maupun mempalpasi abdomen untuk
memeriksa adanya pembengkakan atau nyeri.
Endoskopi saluran
atas merupakan suatu prosedur dengan menggunakan endoskop-sebuah kamera kecil,
fleksibel dengan lampu- untuk melihat saluran pencernaan atas. Caranya, dengan
hati-hati, masukkan endoskop ke esofagus,
lambung dan usus halus. Kamera kecil yang terdapat pada endoskop memperlihatkan
gambar video melalui monitor. Pasien biasanya
diberikan anastesi gel ataupun spray sebelum endoskop dimasukkan. Tes ini dapat
memperlihatkan gejala inflamasi atau erosi pada lapisan lambung. Dokter dapat
menggunakan suatu alat melalui endoskop untuk melakukan biopsi. Biopsi adalah
suatu prosedur untuk mengambil bagian dari jaringan untuk diperiksa dengan
mikroskop oleh ahli patologi untuk mendiagnosa penyakit. Biopsi ini digunakan
untuk mendiagnosa gastritis, mencari penyebab dari gastritis, dan mengetahui
bila gastritis kronis telah menjadi gastritis atropik.
Untuk
mengidentifikasi penyebab gastritis atau komplikasi lainnya lebih lanjut,
pasien dapat melakukan pemeriksaan lainnya. Pemeriksaan ini muliputi upper GI series, tes darah, tes tinja,
dan tes urea breath.
Tes ini merupakan
pemeriksaan x-ray dengan menunjukkan bagian bentuk dari saluran pencernaan
atas. Tes ini tidak memerlukan anastesi. Pasien diharuskan untuk tidak makan
dan minum sebelum prosedur dillakukan. Selama prosedur berlangsung, pasien akan
berdiri atau duduk di depan sebuah mesin x-ray. Barium melapisi esofagus,
lambung dan usus halus sehingga bagian organ dapat terlihat lebih jelas pada
x-ray. Pasien dapat merasa kembung dan mual beberapa waktu setelah melakukan
prosedur ini. Selama beberapa hari cairan barium pada saluran pencernaan dapat
mengakibatkan warna putih atau terang pada tinja. Pasien biasanya diberi
instruksi mengenai makanan dan minuman setelah mengikuti tes.
Tes darah
dilakukan untuk pemeriksaan anemia atau H.
Pylori.
Tes tinja
dilakukan untuk melihat adanya darah pada tinja, yang merupakan tanda
terjadinya perdarahan pada lambung, dan infeksi dari H. Pylori.
Tes ini dilakukan
untuk memeriksa infeksi H. Pylori. Pasien
menelan kapsul, cairan, ataupun puding yang mengandung urea-produk hasil tubuh
karena memecah protein. Urea “dilindungi” dengan spesial atom karbon. Bila
terdapat bakteri, bakteri akan mengonversi urea menjadi karbondioksida. Setelah
beberapa menit pasien bernafas di dalam kontainer, menghembuskan
karbondioksida. Bila tes mendeteksi adanya atom karbon pada hembusan nafas,
dapat dikonfirmasi bila terdapat bakteri H.
Pylori dalam saluran pencernaan.
Tanggal pengkajian : 26 Mei 2017
Pukul : 14:00 WIB
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin :
Perempuan
Usia : 30 tahun
Alamat :
Pondok Labu, Jakarta Selatan
Agama : Islam
Suku/Bangsa :
Jawa/Indonesia
Pendidikan :
SMP
Pekerjaan :
Ibu rumah tangga
Status :
Menikah
Tanggal MRS :
26 Mei 2017
No register :
666
Diagnosa Medis :
Gastritis
Alasan MRS : klien
mengeluh sakit di bagian ulu hatinya, dengan keluhan mual dan muntah juga.
Nyeri sudah dirasakan sejak 2 hari yang lalu dan tak kunjung sembuh
Keluhan Utama : nyeri pada ulu hati
Riwayat
Penyakit Sekarang : klien mengeluh
sakit dibagian ulu hati, nyeri seperti ditusuk-tusuk, dengan skala 4, sakit
hilang timbul dan sangat terasa saat batuk. Keluhan ini berlangsung sejak 2
hari yang lalu disertai mual dan muntah.
Riwayat
Penyakit Dahulu : klien mengatakan
tidak pernah memiliki riwayat penyakit berat dan kronis
Riwayat
Penyakit Keluarga : klien mengatakan
tidak ada keluarganya yang menderita gastritis
Riwayat Pembedahan : klien tidak pernah dilakukan
pembedahan
Pola Fungsi Kesehatan:
Pola Persepsi terhadap Kesehatan
dan Penyakit:
Klien mengatakan
tidak tahu mengapa bisa terkena penyakit ini dan kurang memahami mengenai
gastritis
Pola Nutrisi
–Metabolisme:
Klien
mengatakan suka makan-makanan asam dan juga yang pedas, serta makan sering
tidak teratur.
Pola Eliminasi:
Klien
mengatakan akhir-akhir ini konsentrasi BAB nya sedikit cair dan 2x sehari
Pola Istirahat dan Tidur:
Klien
mengatakan terkadang suka terbangun pada malam hari karena nyeri tapi tidak
terlalu mengganggu jam tidurnya
Pola Kognitif dan Perseptual
Klien dapat
berkomunikasi dengan baik dengan orang sekitarnya dan mampu menjawab pertanyaan
perawat maupun tenaga kesehatan lainnya
Pola Persepsi dan Konsep Diri
Pasien selalu
mengeluh nyeri pada bagian ulu hatinya dan tampak memegangi area nyeri
Pola Hubungan dan Peran
Pasien mampu
berorientasi terhadap orang, waktu, dan tempat dengan baik. Hubungan dengan
keluarga dan teman tampak baik hal tersebut tampak terlihat karena anggota
keluarga yang menjaga dan menemeni klien serta teman-temannya yang datang
menjenguk. Klien kurang mampu melakukan perannya dikarenakan harus dirawat
sementara waktu.
Pola Aktivitas
Klien
mengatakan sering melakukan senam pagi tiap minggu di taman dekat rumahnya
bersama keluarga dan masyarakat sekitar
Kebersihan Diri
Klien
mengatakan selalu mandi 2x sehari, keramas 1x sehari, gosok gigi 2x sehari.
Semua dilakukan secara mandiri
Pola Koping dan Toleransi Stres
Pasien merasa kurang
nyaman dengan nyeri yang dirasakan
Pola Keyakinan dan Nilai
Klien dan
keluarga rajin beribadah
|
1.
|
|
||
2.
|
|
||
3.
|
|
||
4.
|
|
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
1.
|
Kekurangan volume cairan bd kehilangan cairan
aktif
|
2.
|
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh bd kurang asupan makanan
|
3.
|
Nyeri akut bd agen cedera biologis
|
4.
|
Defisiensi pengetahuan bd kurang informasi
|
Gastritis
merupakan suatu inflamasi yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi yang
terjadi pada mukosa lambung yang dapat timbul secara mendadak. Dapat ditandai
dengan gejala rasa mual dan muntah, nyeri pendarahan, rasa lemah, nafsu makan
menurun atau sakit kepala. Jika dibiarkan terus menerus inflamasi tersebut akan merusak fungsi lambung dan dapat
meningkatkan risiko untuk terkena kanker lambung hingga mmenyebabkan kematian.
Etiologi dari
gastritis meliputi penjamu (respon tubuh), agen (bakteri H. Pylori), dan lingkungan (beberapa jenis obat). Berdasarkan tingkat keperahannya, gastritis
terbagi menjadi gastritis akut dan gastritis kronis. Saat gejala muncul,
penderita akan merasakan nyeri pada ulu hati, mual dan muntah. Gejala-gejala tersebut sering disebut
dispepsia. Gastritis yang didiamkan dapat menyebabkan.
Gastritis
akut jarang menyebabkan komplikasi, namun dapat menyebabkan pendarahan hebat
yang dapat mengancam nyawa. Komplikasi dari gastritis kronis antara lain tukak
lambung, gastritis atrofi, anemia, dan pertumbuhan lapisan lambung. Pengobatan
gastritis dengan obat-obatan bertujuan untuk mengurangi jumlah asam dalam lambung serta mengobati penyebabnya.
Pendiagnosaan gastritis dapat meliputi riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,
edoskopi pencernaan bagian atas, dan tes-tes lainnya.
1.
Kepada pembaca agar dapat mengambil
manfaat dari makalah ini
2.
Jagalah selalu pola makan yang
teratur
3.
Perhatikan kesehatan dan kebersihan
makanan dan minuman yang kita konsumsi
4.
Jaga kebersihan lingkungan
5.
Tenaga kesehatan hendaknya lebih
sering memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat terutama mengenai
gastritis
6.
Kepada pembaca diharapkan memberikan
kritik dan saran terhadap makalah ini
DAFTAR PUSTAKA
Alianto, Ricky. 2015. Diagnosis Histopatologik Gastritis. CDK-231.
Vol 42 (8)
Anggita, Nina. 2012. Hubungan Faktor Konsumsi dan Karakteristik
Individu dengan Perpsepsi Gangguan Lambung di Pusat Kesehatan Mahasiswa (PKM)
Universitas Indonesia Tahun 2011. Depok: Universitas Indonesia
Dwisang, Evi Luvina.
2014. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat
dan Bidan. Tangerang Selatan: Binarupa Aksar Publisher
Ester, Monica, et al.
2015. NANDA Internasional Inc. Diagnosis
Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Megawati, Andi dan
Nosi, Hasna. 2014. Beberapa Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Gastritis Pada Pasien yang Dirawat di RSUD Labuang
Baji Makasar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis. Vol 4 (6)
National Digestive
Diseases Information Clearinghouse. 2010. Gastritis.
National Institute of Diabates and Digestive and Kidney Diseases
National Digestive
Diseases Information Clearinghouse. 2014. Gastritis.
National Institute of Diabates and Digestive and Kidney Diseases
Nurarif, Amin Huda dan
Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi revisi
jilid 2. Jogjakarta: Mediaction Jogja
Nurjannah, Intansari
dan Tumanggor, Roxsana Devi, et al. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC). Indonesia: Mocomedia di bawah kontrak
dengan Elsevier
Nurjannah, Intansari
dan Tumanggor, Roxsana Devi, et al. 2016. Nursing
Outcomes Classification (NOC). Indonesia: Mocomedia di bawah kontrak dengan
Elsevier
Rondonowu, Andrea
Ariel, dkk. 2014. Kajian Penatalaksanaan
Terapi Pada Pasien Gastritis di Instalasi Rawat Inap RSUP Prof. dr. R. D.
Kandou Manado Tahun 2013. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT. Vol 3 (3)
Sarwadi dan Linangkung,
Erfanto. 2014. Buku Pintar Anatomi Tubuh
Manusia. Jakarta: Dunia Cerdas